Laporan Praktikum Kimia Mnentukan pH Larutan Scheppend: Laporan Praktikum Kimia Mnentukan pH Larutan

Laporan Praktikum Kimia Mnentukan pH Larutan

| Selasa, 03 Februari 2015
LAPORAN LEMBAR KERJA SISWA

I.                   JUDUL                            : Menentukan pH Larutan

II.                TUJUAN                       :
2.2         Menentukan pH larutan dengan kertas lakmus
2.3         Menentukan pH larutan dengan larutan indikator
2.4         Menentukan pH larutan dengan indicator universal

III.             LANDASAN TEORI     
     pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. pH didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan internasional.
Asam, Basa dan Garam merupakan zat kimia yang memiliki sifat-sifat yang dapat membantu kita untuk membedakannya. Karena pada umumnya asam berasa masam dan basa berasa agak pahit. Asam adalah senyawa yang jika dilarutkan ke dalam air menghasilkan ion H+. Memiliki rentang pH 0-7,0. Sedangkan basa adalah senyawa yang bila dilarutkan ke dalam air menghasilkan ion OH-. Memiliki rentang pH 7,0-14.
Indikator asam dan basa adalah zat yang dapat memberikan warna yang berbeda pada larutan asam dan basa. Melalui perbedaan warna tersebut akhirnya dapat diperkirakan kisaran pH suatu larutan. Trayek perubahan warna adalah batasan pH dimana terjadi perubahan warna indikator. Indikator dapat berasal dari bahan alami dan bahan buatan. Terdapat tiga jenis indikator yang biasa digunakan yaitu indikator tunggal, indikator universal dan pH-meter.







*      Indikator Tunggal
Indikator tunggal hanya dapat membedakan larutan bersifat asam atau basa, tetapi tidak dapat menentukan harga pH dan pOH. Yang termasuk indikator tunggal adalah lakmus merah, lakmus biru, fenolftalein, metil jingga, metil merah, dan bromtimol biru. Perubahan warna yang terjadi adalah sebagai berikut.

Kertas Lakmus/
Larutan Indikator
Warna dalam Larutan
Trayek pH
Asam
Basa
Lakmus Biru
Merah
Biru
0-7
Lakmus Merah
Merah
Biru
7-14
Fenolftalein
Tak Berwarna
Merah muda
8,3-10
Metil Jingga
Merah
Kuning
2,9-4,0
Metil Merah
Merah
Kuning
4,2-6,3
Bromtimol Biru
Kuning
Biru
6,0-7,6


*      Indikator universal
Indikator Universal dapat membedakan larutan asam dan basa serta mengetahui harga pHnya. Indikator Universal dapat dalam bentuk cairan maupun kertas. Cara kerja indiator ini adalah dengan mencocokkan perubahan warna kertas indikator pada tabel warna indikator universal

 pH
Warna Indikator Universal
 pH
   Warna Indikator Universal
1
Merah
8
Merah
2
Merah Lebih Muda
9
Merah Lebih Muda
3
Merah Muda
10
Merah Muda
4
Merah Jingga
11
Merah Jingga
5
Jingga
12
Jingga
6
Kuning
13
Kuning
7
Hijau
14
Hijau


*      pH-meter
Merupakan alat yang digunakan untuk mengukur pH larutan dengan mencelupkan elektrode ke dalam larutan. pH meter akan mengukur adanya ion hidrogen yang ditunjukkan pada skala pH-meter.

IV.             ALAT DAN BAHAN                 :

4.1 Alat :
1.      Dua buah Pipet tetes
2.      Satu buah plat tetes
3.      Satu Buah Kaca Arloji
4.2. Bahan:
1.      Lima lembar kertas lakmus biru
2.      Lima lembar kertas lakmus merah
3.      Lima lembar indicator
4.      Larutan Fenolfta (PP )
5.      Larutan Metil Jingga (MJ )
6.      Larutan Metil Merah ( MM )
7.      Larutan Bromtimol Biru ( BiB )

V.                PROSEDUR KERJA
5.1.Percobaan 1
1.      Pada plat tetes larutan A di teteskan.
2.      Pada larutan yang akan di uji kertas lakmus merah dan biru di celupkan.
3.      Pada pengamatan perubahan warna yang terjadi di catat dan di amati.
4.      Langkah 1, 2, 3 untuk larutan yang lain di ulangi.
5.2. Percobaan 2
1.      Di beberapa plat tetes larutan A diteteskan
2.      Di masing-masing plat tetes yang sudah berisi larutan A,  Larutan indikator yang berbeda di teteskan
3.      Pada pengamatan perubahan warna yang terjadi di catat dan di amati.
4.      Langkah 1, 2, 3 untuk larutan yang lain di ulangi.
5.3. Percobaan 3
1.      Pada larutan A indikator universal di celupkan.
2.      Yang munjukkan pH pada indkator perubahan warna diamati dan pada table pengamatan dicatat
3.      Langkah 1, 2 untuk larutan yang lain di ulangi.

VI.             HASIL PENGAMATAN

§  Percobaan 1
No
Larutan
Perubahan Warna
Sifat Larutan
(asam, basa, netral)
   pH
Lakmus Merah
Lakmus Biru
1
A
Merah
Merah
Asam
< 7
2
B
Merah
Merah
Asam
< 7
3
C
Biru
Biru
Basa
< 7
4
D
Biru
Biru
Basa
< 7
5
E
Merah
Biru
Netral
7

§  Percobaan 2

No
Larutan
Perubahan Warna
Trayek
pH
Sifat
Larutan
MJ
BTB
MM
PP
1
A
Merah Bata
Oranye
Merah Muda
Bening
pH ≤2,9
Asam
2
B
Merah Bata
Oranye
Merah Muda
Bening
pH ≤2,9
Asam
3
C
Oranye
Biru
Kuning
Merah Muda
pH ≥8,3
Basa
4
D
Oranye
Biru
Kuning
Merah Muda
pH ≥8,3
Basa
5
E
Oranye
Biru
Kuning
Bening
6,0 ≤pH ≤8,3
Netral



§  Percobaan 3

No
Larutan
Pengamatan
1
A
 pH = 2,   Larutan bersifat asam
2
B
 pH = 3,   Larutan bersifat asam
3
C
pH = 12, Larutan bersifat basa
4
D
 pH = 8,   Larutan bersifat basa
5
E
  pH = 7,   Larutan bersifat asam


VII.          PEMBAHASAN
          Berdasarkan hasil pengamatan yang telah kelompok kami lakukan, maka diketahui sifat-sifat dan pH dari masing-masing larutan adalah sebagai berikut :
a.       Larutan A bersifat asam. Hal ini dikarenakan pada percobaan pertama, ketika kertas lakmus merah dimasukkan ke dalam larutan A, warna kertas lakmus merah tidak mengalami perubahan warna yakni tetap berwarna merah. Sedangkan  ketika kertas lakmus biru dimasukkan ke dalam larutan A, warna kertas lakmus biru mengalami perubahan warna yakni menjadi warna merah. Hal ini membuktikan bahwa larutan A memiliki sifat asam yang memiliki rentangan pH antara 0-7,0. Selain itu, pada percobaan kedua, ketika larutan A ditetesi dengan metil jingga (MJ), warna larutan berubah menjadi merah bata, jika ditetesi  dengan bromtimol biru (BTB), warna larutan berubah menjadi oranye, jika ditetesi dengan metil merah (MM), warna larutan berubah menjadi merah muda, dan jika ditetesi dengan fenolftalein (PP), warna larutan berubah menjadi bening atau tidak berwarna. Trayek pH dari larutan A dapat digambarkan sebagai berikut
                                                        

                                                           

Berdasarkan gambar trayek pH di atas, maka larutan A memiliki pH ≤ 2,9 . Perhitungan pH yang didapat lebih spesifik daripada hanya dengan memakai kertas lakmus ada percobaan pertama.Namun perhitungan pH larutan A ini belum terlalu jelas. Oleh karena itu, pada percobaan ketiga, digunakanlah kertas indikator. Ketika kertas indikator dicelupkan ke larutan A lalu dicocokkan perubahan warnanya pada tabel warna indikator universal, maka diketahui bahwa larutan A memiliki pH sebesar 2.
b.      Larutanan B bersifat asam. Hal ini dikarenakan pada percobaan pertama, ketika kertas lakmus merah dimasukan ke dalam larutan B, warna kertas lakmus merah tidak mengalami perubahan warna yakni tetap berwarna merah. Sedangkan ketika kertas lakmus biru dimasukkan ke dalam larutan B. warna kertas lakmus biru mengalami perbuahan warna yakni menjadi warna merah. Hal ini membuktikan bahwa larutan B memiliki sifat asam yang memiliki rentangan pH antara 0-7,0. Selain itu, pada percobaan kedua, ketika larutan B ditetesi dengan metil jingga (MJ), warna larutan berubah menjadi merah bata, jika ditetesi  dengan bromtimol biru (BTB), warna larutan berubah menjadi oranye, jika ditetesi dengan metil merah (MM), warna larutan berubah menjadi merah muda, dan jika ditetesi dengan fenolftalein (PP), warna larutan berubah menjadi bening atau tidak berwarna. Trayek pH dari larutan B dapat digambarkan sebagai berikut
Berdasarkan gambar trayek pH di atas, maka larutan B memiliki pH ≤ 2,9 . Perhitungan pH yang didapat lebih spesifik daripada hanya dengan memakai kertas lakmus ada percobaan pertama.Namun perhitungan pH larutan B ini belum terlalu jelas. Oleh karena itu, pada percobaan ketiga, digunakanlah kertas indikator. Ketika kertas indikator dicelupkan ke larutan B lalu dicocokkan perubahan warnanya pada tabel warna indikator universal, maka diketahui bahwa larutan A memiliki pH sebesar 3. Namun dari hasil percobaan kedua hasilnya tidak sesuai dengan hasil percobaan ketiga hal ini diduga karena ada kontaminasi terhadap larutan lain pada saat melaukan pengambilan larutan.
c.       Larutan C bersifat basa. Hal ini dikarenakan pada percobaan pertama, ketika kertas lakmus merah dimasukkan ke dalam larutan C, warna kertas lakmus merah mengalami perubahan warna yakni menjadi berwarna biru. Sedangkan  ketika kertas lakmus biru dimasukkan ke dalam larutan C, warna kertas lakmus biru tidak mengalami perubahan warna yakni tetap berwarna biru. Hal ini membuktikan bahwa larutan C memiliki sifat basa yang memiliki rentangan pH antara 7,0-14,0. Selain itu, pada percobaan kedua, ketika larutan C ditetesi dengan metil jingga (MJ), warna larutan berubah menjadi oranye, jika ditetesi  dengan bromtimol biru (BTB), warna larutan berubah menjadi biru, jika ditetesi dengan metil merah (MM), warna larutan berubah menjadi merah kuning, dan jika ditetesi dengan fenolftalein (PP), warna larutan berubah menjadi merah muda. Trayek pH dari larutan C dapat digambarkan sebagai berikut
                                                        

                                                           

Berdasarkan gambar trayek pH di atas, maka larutan C memiliki pH  ≥ 8,3. Perhitungan pH yang didapat lebih spesifik daripada hanya dengan memakai kertas lakmus ada percobaan pertama.Namun perhitungan pH larutan C ini belum terlalu jelas. Oleh karena itu, pada percobaan ketiga, digunakanlah kertas indikator. Ketika kertas indikator dicelupkan ke larutan C lalu dicocokkan perubahan warnanya pada tabel warna indikator universal, maka diketahui bahwa larutan C memiliki pH sebesar 12.
d.      Larutan D bersifat basa. Hal ini dikarenakan pada percobaan pertama, ketika kertas lakmus merah dimasukkan ke dalam larutan D, warna kertas lakmus merah mengalami perubahan warna yakni menjadi berwarna biru. Sedangkan  ketika kertas lakmus biru dimasukkan ke dalam larutan D, warna kertas lakmus biru tidak mengalami perubahan warna yakni tetap berwarna biru. Hal ini membuktikan bahwa larutan D memiliki sifat basa yang memiliki rentangan pH antara 7,0-14,0. Selain itu, pada percobaan kedua, ketika larutan D ditetesi dengan metil jingga (MJ), warna larutan berubah menjadi oranye, jika ditetesi  dengan bromtimol biru (BTB), warna larutan berubah menjadi biru, jika ditetesi dengan metil merah (MM), warna larutan berubah menjadi merah kuning, dan jika ditetesi dengan fenolftalein (PP), warna larutan berubah menjadi merah muda. Trayek pH dari larutan D dapat digambarkan sebagai berikut
                                                        

                                                           

Berdasarkan gambar trayek pH di atas, maka larutan D memiliki pH  ≥ 8,3. Perhitungan pH yang didapat lebih spesifik daripada hanya dengan memakai kertas lakmus ada percobaan pertama.Namun perhitungan pH larutan D ini belum terlalu jelas. Oleh karena itu, pada percobaan ketiga, digunakanlah kertas indikator. Ketika kertas indikator dicelupkan ke larutan D lalu dicocokkan perubahan warnanya pada tabel warna indikator universal, maka diketahui bahwa larutan D memiliki pH sebesar 8.
e.       Larutan E bersifat basa. Hal ini dikarenakan pada percobaan pertama, ketika kertas lakmus merah dimasukkan ke dalam larutan E, warna kertas lakmus merah tidak mengalami perubahan warna yakni tetap berwarna merah. Sedangkan  ketika kertas lakmus biru dimasukkan ke dalam larutan E, warna kertas lakmus biru tidak mengalami perubahan warna yakni tetap berwarna biru. Hal ini membuktikan bahwa larutan E memiliki sifat basa yang memiliki rentangan pH 7,0. Selain itu, pada percobaan kedua, ketika larutan E ditetesi dengan metil jingga (MJ), warna larutan berubah menjadi oranye, jika ditetesi  dengan bromtimol biru (BTB), warna larutan berubah menjadi biru, jika ditetesi dengan metil merah (MM), warna larutan berubah menjadi merah kuning, dan jika ditetesi dengan fenolftalein (PP), warna larutan berubah menjadi bening atau tidak berwarna. Trayek pH dari larutan E dapat digambarkan sebagai berikut
                                                        
 


                                                           

Berdasarkan gambar trayek pH di atas, maka larutan E memiliki 6,0 ≤ pH ≤ 8,3. Perhitungan pH yang didapat lebih spesifik daripada hanya dengan memakai kertas lakmus ada percobaan pertama.Namun perhitungan pH larutan E ini belum terlalu jelas. Oleh karena itu, pada percobaan ketiga, digunakanlah kertas indikator. Ketika kertas indikator dicelupkan ke larutan E lalu dicocokkan perubahan warnanya pada tabel warna indikator universal, maka diketahui bahwa larutan E memiliki pH sebesar 7.
VIII.       KESIMPULAN
1.      Larutan asam adalah larutan yang bila dimasukan kertas lakmus merah akan tetap berwarna merah sedangkan jika dimasukan kertas lakmus biru warnanya akan berubah menjadi warna merah, jika ditambahkan larutan fenoltftalein (PP) larutan akan berwarna bening atau tak berwarna, jika ditambahkan metil jingga (MJ) larutan akan berwarna merah, jika ditambahkan metil merah (MM) larutan akan berwarna merah, jika ditambahkan bromtimol biru (BTB) larutan akan berwarn kuning.larutan asam memiliki pH antara 0-6.
2.      Larutan basa adalah larutan yang bila dimasukan kertas lakmus merah warnanya akan berubah menjadi warna biru sedangkan jika dimasukan kertas lakmus biru akan tetap berwarna biru, jika ditambahkan larutan fenoltftalein (PP) larutan akan berwarna merah muda, jika ditambahkan metil jingga (MJ) larutan akan berwarna kuning, jika ditambahkan metil merah (MM) larutan akan berwarna kuning, jika ditambahkan bromtimol biru (BTB) larutan akan berwarna biru. Larutan basa memiliki pH antara 8-14.
3.      Larutan netral adalah larutan yang bila dimasukan kertas lakmus merah atau biru tidak akan merubah warnanya, jika ditambahkan larutan fenoltftalein (PP) larutan akan berwarna bening atau tidak berwarna, jika ditambahkan metil jingga (MJ) larutan akan berwarna oranye, jika ditambahkan metil merah (MM) larutan akan berwarna kuning, jika ditambahkan bromtimol biru (BTB) larutan akan berwarna biru. Larutan netral memiliki pH 7.
IX.             DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Laporan pH Asam dan Basa. http://monzapeace.blogspot.com/2010/04/laporan-ph-asam-dan-basa.html. Diakses pada tanggal 20 januari 2015.
Harnanto Ari, Ruminten.2009.Kimia 2.Kepala Pusat Perbukuan:Jakarta. Diakses pada tanggal 20 Januari 2015
Yulia Darwis, Rita. 2011. Laporan Praktikum: Pengujian Larutan dengan Indikator Kertas Lakmus. http://ritayuliadarwis.blogspot.com/2011/04/laporan-praktikum-pengujian-larutan.html. Diakses pada tanggal 20 januari 2015.
Fhadhyla. 2012. Laporan Praktikum Asam-Basa. http://fhadhylha.blogspot.com/2012/06/kimia.html. Diakses pada tanggal 20 januari 2015.

 Download Full Laporan



0 comments:

Posting Komentar

Next Prev
▲Top▲