BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebakaran
hutan dapat didefinisikan sebagai sebuah kebakaran yang terjadi di alam liar,
tetapi juga dapat memusnahkan rumah-rumah dan lahan pertanian disekitarnya.
Kebakaran hutan sangat rawan terjadi ketika musim kemarau.
Adapun
beberapa penyebab terjadinya kebakaran hutan antara lain: Pembakaran lahan yang
tidak terkendali, kurangnya penegakan hukum terhadap perusahaan yang melanggar
peraturan pembukaan lahan, aktivitas vulkanisme, dan kecerobohan manusia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa penyebab kebakaran hutan?
2. Apa hubungan kebakaran hutan dengan pemanasan
global?
3. Mengapa kebakaran hutan bisa menyebabakan pemanasan
global?
4. Bagaimana dampak kebakaran hutan?
5. Bagaimana solusi mengatasi kebakaran hutan dan
pemanasan global?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa penyebab kebakaran hutan.
2. Untuk mengetahui apa hubungan kebakaran hutan dengan
pemanasan global.
3. Untuk mengetahui mengapa kebakaran hutan bisa
menyebabkan pemanasan global.
4. Untuk mengetahui bagaimana dampak kebakaran hutan.
5. Untuk mengetahui bagaimana solusi mengatasi
kebakaran hutan dan pemanasan global.
1.4 Manfaat
1. Dapat mengtahui apa penyebab kebakaran hutan.
2. Dapat mengetahui apa hubungan kebakaran hutan dengan
pemanasan global.
3. Dapat mengetahui mengapa kebakaran hutan bisa
menyebabkan pemanasan global.
4. Dapat mengetahui bagaimana dampak kebakaran hutan.
5. Dapat mengetahui bagaimana solusi mengatasi
kebakaran hutan dan pemanasan global.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penyebab Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan (kebakaran vegetasi, atau
kebakaran semak), adalah sebuah kebakaran yang terjadi di alam liar, tetapi
juga dapat memusnahkan rumah-rumah dan lahan pertanian disekitarnya. Penyebab
umum termasuk petir, kecerobohan manusia, dan pembakaran.
Kebakaran hutan dalam bahasa Inggris berarti
"api liar" yang berasal dari sebuah sinonim dari Api Yunani, sebuah
bahan seperti-napalm yang digunakan di Eropa Pertengahan sebagai senjata
maritime. Musim kemarau dan pencegahan kebakaran hutan kecil adalah penyebab
utama kebakaran hutan besar. Namun, sebab utama dari kebakaran hutan adalah
pembukaan lahan yang meliputi:
a. Pembakaran lahan yang tidak terkendali sehingga
merembet ke lahan lain
Pembukaan lahan tersebut dilaksanakan baik oleh
masyarakat maupun perusahaan. Namun bila pembukaan lahan dilaksanakan dengan
pembakaran dalam skala besar, kebakaran tersebut sulit terkendali. Pembukaan
lahan dilaksanakan untuk usaha perkebunan, HTI, pertanian lahan kering, sonor
dan mencari ikan. pembukaan lahan yang paling berbahaya adalah di daerah
rawa/gambut.
b. Penggunaan lahan yang menjadikan lahan rawan
kebakaran, misalnya di lahan bekas HPH (Hak Penguasaan Hutan) dan di daerah
yang beralang-alang.
c. Dalam beberapa kasus, penduduk lokal juga melakukan
pembakaran untuk memprotes pengambil-alihan lahan mereka oleh perusahaan kelapa
sawit.
d. Kurangnya penegakan hukum terhadap perusahaan yang
melanggar peraturan pembukaan lahan.
e. Tingkat pendapatan masyarakat yang relatif rendah,
sehingga terpaksa memilih jalan alternatif yang mudah, murah dan cepat untuk
pembukaan lahan.
f. Aktivitas vulkanis seperti terkena aliran lahar atau
awan panas dari letusan gunung berapi.
g. Kecerobohan manusia antara lain membuang puntung
rokok secara sembarangan dan tanpa mematikan apinya terlebih dahulu.
2.2 Hubungan Kebakaran Hutan Dengan Pemanasan Global
Kebakaran hutan itu menghasilkan gas CO2
yang kemudian akan terangkat ke atmosfer bumi, nah di atmosfer bumi itu, CO2
akan memerangkap panas radiasi matahari, dimana panas dari matahari ini malah
akan di pantulkan kembali ke bumi sehingga bumi menajdi panas suhunya.
Juga pemanasan global menyebabkan kebakaran
hutan.
pemanasan global meningkatkan suhu rata2 udara, laut dan daratan. hutan menjadi
kering dan kemudian terbakar oleh udara yg panas.
2.3 Kebakaran Hutan Bisa Menyebabkan Pemanasan Global
Sebenarnya tidak hanya hutan, tapi semua bahan
organik mengandung karbon tersimpan.jumlah karbon tersimpan pada bahan organik
rata2 berkisar 46 % berat keringnya. jadi kalo ada sebatang pohon dengan
diameter 45 cm, dihitung biomassanya sesuai dengan volume dan berat jenis, maka
dapat diperkirakan biomassanya sekitar 25879 kg. klo pohon ini terbakar maka
akan terlepas karbon ke udara bebas sekitar 10 ton karbon.
Kasus yang berbeda bila terjadi kebakaran pada lahan
gambut. Lahan gambut merupakan suatu ekosistem lahan basah yang dibentuk oleh
adanya penimbunan/akumulasi bahan organik di lantai hutan yang berasal dari
reruntuhan vegetasi di atasnya dalam kurun waktu lama. Akumulasi ini terjadi
karena lambatnya laju dekomposisi dibandingkan dengan laju penimbunan bahan
organic di lantai hutan yang basah/tergenang tersebut. Seperti gambut tropis
lainnya, gambut di Indonesia dibentuk oleh akumulasi residu vegetasi tropis yang
kaya akan kandungan lignin dan nitrogen. Karena lambatnya proses dekomposisi,
di ekosistem rawa gambut masih dapat dijumpai batang, cabang dan akar besar.
Secara global lahan gambut menyimpan sekitar 329 -
525 giga ton (Gt) karbon atau 15-35 % dari total karbon terestris. Sekitar 86 %
(455 Gt) dari Karbon di lahan gambut tersebut tersimpan di daerah temperate
(Kanada dan Rusia) sedangkan sisanya sekitar 14 % (70 Gt) terdapat di daerah
tropis. (Murdiyarso et al, 2004). Cadangan karbon yang besar ini pulalah yang
menyebabkan tinggginya jumlah karbon yang dilepaskan ke atmosfer ketika lahan
gambut di Indonesia terbakar pada tahun 1997, yang berkisar antara 0,81-2,57 Gt
(Page, 2002). Sementara itu, pendugaan emisi yang dilakukan di lahan gambut di
sekitar Taman Nasional Berbak, Sumatera menunjukan angka sebesar 7 juta ton
karbon (Murdiyarso et al., 2004). Dengan demikian, gambut memiliki peran yang
cukup besar sebagai penjaga iklim global. Apabila gambut tersebut terbakar atau
mengalami kerusakan, materi ini akan mengeluarkan gas terutama CO2, N2O dan CH4
ke udara dan siap menjadi perubah iklim dunia.
Intinya, setiap aktivitas pembakaran akan melepaskan
karbon ke udara. demikian juga dengan pembakaran sampah rumah tangga,
pembakaran bbm untuk rumah tangga, industri, mesin, kendaraan, dll juga akan
menyumbang karbon ke udara. dan menambah jumlah gas rumah kaca yang pada
akhirnya memicu percepatan pemanasan global.
Pemanasan global terjadi ketika ada konsentrasi
gas-gas tertentu yang dikenal dengan gas rumah kaca, yg terus bertambah di
udara, hal tersebut disebabkan oleh tindakan manusia, kegiatan industri,
khususnya CO2 dan chlorofluorocarbon. Yang terutama adalah karbon dioksida,
yang umumnya dihasilkan oleh penggunaan batubara, minyak bumi, gas dan
penggundulan hutan serta pembakaran hutan.
Asam nitrat dihasilkan oleh kendaraan dan emisi
industri, sedangkan emisi metan disebabkan oleh aktivitas industri dan
pertanian. Chlorofluorocarbon CFCs merusak lapisan ozon seperti juga gas rumah
kaca menyebabkan pemanasan global, tetapi sekarang dihapus dalam Protokol
Montreal. Karbon dioksida, chlorofluorocarbon, metan, asam nitrat adalah
gas-gas polutif yang terakumulasi di udara dan menyaring banyak panas dari
matahari. Sementara lautan dan vegetasi menangkap banyak CO2, kemampuannya
untuk menjadi “atap” sekarang berlebihan akibat emisi. Ini berarti bahwa setiap
tahun, jumlah akumulatif dari gas rumah kaca yang berada di udara bertambah dan
itu berarti mempercepat pemanasan global.
Sepanjang seratus tahun ini konsumsi energi dunia
bertambah secara spektakuler. Sekitar 70% energi dipakai oleh negara-negara
maju; dan 78% dari energi tersebut berasal dari bahan bakar fosil. Hal ini
menyebabkan ketidakseimbangan yang mengakibatkan sejumlah wilayah terkuras
habis dan yang lainnya mereguk keuntungan. Sementara itu, jumlah dana untuk
pemanfaatan energi yang tak dapat habis (matahari, angin, biogas, air,
khususnya hidro mini dan makro), yang dapat mengurangi penggunaan bahan bakar
fosil, baik di negara maju maupun miskin tetaplah rendah, dalam perbandingan
dengan bantuan keuangan dan investasi yang dialokasikan untuk bahan bakar fosil
dan energi nuklir.
Penggundulan hutan yang mengurangi penyerapan karbon
oleh pohon, menyebabkan emisi karbon bertambah sebesar 20%, dan mengubah iklim mikro lokal dan siklus
hidrologis, sehingga mempengaruhi kesuburan tanah.
2.4 Dampak Kebakaran Hutan
Dampak
yang ditimbulkan kebakaran hutan ternyata sangat kompleks. Kebakaran hutan
tidak hanya berdampak terhadap ekologi dan mengakibatkan kerusakan lingkungan
saja. Namun dampak dari kebakaran hutan ternyata mencakup bidang-bidang lain.
Menurut
Rully Syumanda (2003), menyebutkan ada 4 aspek yang terindikasi sebagai dampak dari kebakaran hutan.
Keempat dampak tersebut mencakup dampak terhadap kehidupan sosial, budaya, dan
ekonomi, dampak terhadap ekologis dan kerusakan lingkungan, dampak terhadap
hubungan antar negara, serta dampak terhadap perhubungan dan pariwisata.
a. Dampak
Terhadap Sosial, Budaya, dan Ekonomi.
Kebakaran
hutan memberikan dampak yang signifikan terhadap kehidupan sosial, budaya, dan
ekonomi yang diantaranya meliputi:
1. Terganggunya
aktivitas sehari-hari; Asap yang diakibatkan oleh kebakaran hutan secara
otomatis mengganggu aktivitas manusia sehari-hari,
apalagi bagi yang aktivitasnya dilakukan di luar ruangan.
2. Menurunnya
produktivitas; Terganggunya aktivitas manusia akibat kebakaran hutan dapat
mempengaruhi produktivitas dan penghasilan.
3. Hilangnya
sejumlah mata pencaharian masyarakat di dan sekitar hutan; Selain itu, bagi
masyarakat yang menggantungkan hidup dari mengolah hasil hutan, dengan
terbakarnya hutan berarti hilang pula area kerja (mata pencarian).
4. Meningkatnya
hama; Kebakaran hutan akan memusnahkan sebagian spesies dan merusak kesimbangan
alam sehingga spesies-spesies yang berpotensi menjadi hama tidak terkontrol.
Selain itu, terbakarnya hutan akan membuat sebagian binatang kehilangan
habitat yang kemudian memaksa mereka untuk keluar dari hutan dan menjadi hama
seperti gajah, monyet,
dan binatang lain.
5. Terganggunya
kesehatan; Kebakaran hutan berakibat pada pencemaran udara oleh debu, gas SOx,
NOx, COx, dan lain-lain dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia,
antara lain infeksi saluran pernafasan, sesak nafas, iritasi kulit, iritasi
mata, dan lain-lain.
6. Tersedotnya
anggaran negara; Setiap tahunnya diperlukan biaya yang besar untuk menangani
(menghentikan) kebakaran hutan. Pun untuk merehabilitasi hutan yang terbakar
serta berbagai dampak lain semisal kesehatan masyarakat dan bencana alam yang
diambilkan dari kas negara.
7. Menurunnya
devisa negara. Hutan telah menjadi salah satu sumber devisa negara baik dari
kayu maupun produk-produk non kayu lainnya, termasuk pariwisata. Dengan
terbakarnya hutan sumber devisa akan musnah. Selain itu, menurunnya
produktivitas akibat kebakaran hutan pun pada akhirnya berpengaruh pada devisa
negara.
b. Dampak
Terhadap Ekologis dan Kerusakan Lingkungan.
Kebakaran
hutan memberikan dampak langsung terhadap ekologi dan lingkungan yang
diantaranya adalah:
1. Hilangnya
sejumlah spesies; selain membakar aneka flora,
kebakaran hutan juga mengancam kelangsungan hidup sejumlah binatang. Bebrabagai
spesies endemik (tumbuhan maupun hewan) terancam punah akibat kebakaran hutan.
2. Erosi;
Hutan dengan tanamannya berfungsi sebagai penahan erosi. Ketika tanaman musnah
akibat kebakaran hutan akan menyisakan lahan hutan yang mudah terkena erosi
baik oleh air hujan bahkan angin sekalipun.
3. Alih
fungsi hutan; Kawasan hutan yang terbakar membutuhkan waktu yang lama untuk
kembali menjadi hutan. Bahkan sering kali hutan mengalami perubahan peruntukan
menjadi perkebunan atau padang ilalang.
4. Penurunan
kualitas air;
Salah satu fungsi ekologis hutan adalah dalam daur hidrologis. Terbakarnya
hutan memberikan dampak hilangnya kemampuan hutan menyerap dan menyimpan air
hujan.
5. Pemanasan global;
Kebakaran hutan menghasilkan asap dan gas CO2 dan gas lainnya. Selain itu,
dengan terbakarnya hutan akan menurunkan kemampuan hutan sebagai penyimpan
karbon. Keduanya berpengaruh besar pada perubahan iklim dan pemansan global.
6. Sendimentasi
sungai; Debu dan sisa pembakaran yang terbawa erosi akan mengendap di sungaidan menimbulkan
pendangkalan.
7. Meningkatnya
bencana alam; Terganggunya fungsi ekologi hutan akibat kebakaran hutan membuat
intensitas bencana alam (banjir, tanah
longsor, dan kekeringan) meningkat.
c. Dampak
Terhadap Hubungan Antar Negara.
Asap
hasil kebakaran hutan menjadi masalah serius bukan hanya di daerah sekitar hutan
saja. Asap terbawa angin hingga ke daerah lain bahkan mencapai berbagai negara
tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam.
d. Dampak
Terhadap Perhubungan dan Pariwisata.
Kebakaran
hutan pun berdampak pada pariwisata baik secara langsung ataupun tidak.
Dampaknya seperti ditutupnya obyek
wisata hutan dan berbagai sarana pendukungnya,
terganggunya transportasi, terutama transportasi udara. Kesemunya berakibat
pada penurunan tingkat wisatawan secara nasional.
Mengingat
sedemikian kompleknya dampak yang diakibatkan oleh kebakaran hutan sudah
selayaknya kita semua mewaspadai. Sekalipun tinggal jauh dari hutan,
menumbuhkan kesadaran akan bahaya kebakaran hutan mungkin salah satunya.
Pemanasan
global mengakibatkan dampak yang luas dan serius bagi lingkungan bio-geofisik
(seperti pelelehan es di kutub, kenaikan muka air laut, perluasan gurun pasir,
peningkatan hujan dan banjir, perubahan iklim, punahnya flora dan fauna tertentu,
migrasi fauna dan hama penyakit, dsb). Sedangkan dampak bagi aktivitas
sosial-ekonomi masyarakat meliputi : (a) gangguan terhadap fungsi kawasan
pesisir dan kota pantai, (b) gangguan terhadap fungsi prasarana dan sarana
seperti jaringan jalan, pelabuhan dan bandara (c) gangguan terhadap permukiman
penduduk, (d) pengurangan produktivitas lahan pertanian, (e) peningkatan resiko
kanker dan wabah penyakit, dsb). Dalam makalah ini, fokus diberikan pada
antisipasi terhadap dua dampak pemanasan global, yakni : kenaikan muka air laut
(sea level rise) dan banjir.
e. Dampak-dampak
lainnya :
1. Musnahnya berbagai jenis keanekragaman hayati
2. Meningkatnya frekuensi dan intensitas hujan
badai, angin topan, dan banjir
3. Mencairnya
es dan glasier di kutub
4. Meningkatnya
jumlah tanah kering yang potensial menjadi gurun karena kekeringan yang
berkepanjangan
5. Kenaikan
permukaan laut hingga menyebabkan banjir yang luas. Pada tahun 2100
diperkirakan permukaan air laut naik hingga 15 - 95 cm.
6. Kenaikan
suhu air laut menyebabkan terjadinya pemutihan karang (coral bleaching) dan
kerusakan terumbu karang di seluruh dunia
7. Meningkatnya
frekuensi kebakaran hutan
8. Menyebarnya
penyakit-penyakit tropis, seperti malaria, ke daerah-daerah baru karena
bertambahnya populasi serangga (nyamuk)
9. Daerah-daerah
tertentu menjadi padat dan sesak karena terjadi arus pengungsian
2.5 Solusi Mengatasi Kebakaran Hutan dan Pemanasan
Global
Cara
Mencegah Kebakaran Hutan
1) Mapping
: pembuatan peta kerawanan hutan di wilayah teritorialnya masing-masing. Fungsi
ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, namun yang lazim digunakan adalah 3
cara berikut:
a. pemetaan
daerah rawan yang dibuat berdasarkan hasil olah data dari masa lalu maupun hasil
prediksi
b. pemetaan
daerah rawan yang dibuat seiring dengan adanya survai desa (Partisipatory Rural
Appraisal)
c. pemetaan
daerah rawan dengan menggunakan Global Positioning System atau citra satelit
2) Informasi
: penyediaan sistem informasi kebakaran hutan.
Hal ini bisa dilakukan dengan pembuatan
sistem deteksi dini (early warning system) di setiap tingkat. Deteksi dini
dapat dilaksanakan dengan 2 cara berikut :
a. analisis
kondisi ekologis, sosial, dan ekonomi suatu wilayah
b. pengolahan
data hasil pengintaian petugas
3) Sosialisasi
: pengadaan penyuluhan, pembinaan dan pelatihan kepada masyarakat. Penyuluhan
dimaksudkan agar menginformasikan kepada masyarakat di setiap wilayah mengenai
bahaya dan dampak, serta peran aktivitas manusia yang seringkali memicu dan
menyebabkan kebakaran hutan.
Penyuluhan juga bisa
menginformasikan kepada masayarakat mengenai daerah mana saja yang rawan
terhadap kebakaran dan upaya pencegahannya.
Pembinaan merupakan
kegiatan yang mengajak masyarakat untuk dapat meminimalkan intensitas terjadinya
kebakaran hutan.
Sementara, pelatihan bertujuan untuk mempersiapkan masyarakat, khususnya yang
tinggal di sekitar wilayah rawan kebakaran hutan,untuk melakukan tindakan awal
dalam merespon kebakaran hutan.
4) Standardisasi
: pembuatan dan penggunaan SOP (Standard Operating Procedure)
Untuk memudahkan
tercapainya pelaksanaan program pencegahan kebakaran hutan maupun efektivitas
dalam penanganan kebakaran hutan, diperlukan standar yang baku dalam berbagai
hal berikut :
a. Metode
pelaporan
Untuk menjamin adanya
konsistensi dan keberlanjutan data yang masuk, khususnya data yang berkaitan
dengan kebakaran hutan, harus diterapkan sistem pelaporan yang sederhana dan
mudah dimengerti masyarakat. Ketika data yang masuk sudah lancar, diperlukan
analisis yang tepat sehingga bisa dijadikan sebuah dasar untuk kebijakan yang
tepat.
b. Peralatan
Standar minimal
peralatan yang harus dimiliki oleh setiap daerah harus bisa diterapkan oleh
pemerintah, meskipun standar ini bisa disesuaikan kembali sehubungan dengan
potensi terjadinya kebakaran hutan, fasilitas pendukung, dan sumber daya
manusia yang tersedia di daerah.
c. Metode
Pelatihan untuk Penanganan Kebakaran Hutan
Standardisasi
ini perlu dilakukan untuk membentuk petugas penanganan kebakaran yang efisien
dan efektif dalam mencegah maupun menangani kebakaran hutan yang terjadi.
Adanya standardisasi ini akan memudahkan petugas penanganan kebakaran untuk
segera mengambil inisiatif yang tepat dan jelas ketika terjadi kasus kebakaran
hutan
5) Supervisi
: pemantauan dan pengawasan kepada pihak-pihak yang berkaitan langsung dengan
hutan. Pemantauan adalah kegiatan untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya
perusakan lingkungan, sedangkan pengawasan adalah tindak lanjut dari hasil
analisis pemantauan. Jadi, pemantauan berkaitan langsung dengan penyediaan
data,kemudian pengawasan merupakan respon dari hasil olah data tersebut.
Pemantauan, menurut kementerian lingkungan hidup, dibagi menjadi empat, yaitu :
a) Pemantauan
terbuka : Pemantauan dengan cara mengamati langsung objek yang diamati. Contoh
: patroli hutan
b) Pemantauan
tertutup (intelejen): Pemantauan yang dilakukan dengan cara penyelidikan yang
hanya diketahui oleh aparat tertentu.
c) Pemantauan
pasif : Pemantauan yang dilakukan berdasarkan dokumen, laporan, dan keterangan
dari data-data sekunder, termasuk laporan pemantauan tertutup.
d) Pemantauan
aktif Pemantauan dengan cara memeriksa langsung dan menghimpun data di lapangan
secara primer. Contohnya : melakukan survei ke daerah-daerah rawan kebakaran
hutan. Sedangkan, pengawasan dapat dilihat melalui 2 pendekatan, yaitu :
e) Preventif
: kegiatan pengawasan untuk pencegahan sebelum terjadinya perusakan lingkungan
(pembakaran hutan). Contohnya : pengawasan untuk menentukan status ketika akan
terjadi kebakaran hutan
f) Represif
: kegiatan pengawasan yang bertujuan untuk menanggulangi perusakan yang sedang
terjadi atau telah terjadi serta akibat-akibatnya sesudah terjadinya kerusakan
lingkungan.
Untuk
mendukung keberhasilan, upaya pencegahan yang sudah dikemukakan diatas,
diperlukan berbagai pengembangan fasilitas pendukung yang meliputi :
1. Pengembangan
dan sosialisasi hasil pemetaan kawasan rawan kebakaran hutan
Hasil pemetaan sebisa
mungkin dibuat sampai sedetail mungkin dan disebarkan pada berbagai instansi
terkait sehingga bisa digunakan sebagai pedoman kegiatan institusi yang
berkepentingan di setiap unit kawasan atau daerah.
2. Pengembangan
organisasi penyelenggara Pencegahan Kebakaran Hutan
Pencegahan Kebakaran
Hutan perlu dilakukan secara terpadu antar sektor, tingkatan dan daerah. Peran
serta masyarakat menjadi kunci dari keberhasilan upaya pencegahan ini.
Sementara itu, aparatur pemerintah, militer dan kepolisian, serta kalangan
swasta perlu menyediakan fasilitas yang memadai untuk memungkinkan
terselenggaranya Pencegahan Kebakaran Hutan secara efisien dan efektif.
3. Pengembangan
sistem komunikasi
Sistem komunikasi perlu
dikembangkan seoptimal mungkin sehingga koordinasi antar tingkatan (daerah
sampai pusat) maupun antar daerah bisa berjalan cepat. Hal ini akan mendukung
kelancaran early warning system, transfer data, dan sosialisasi kebijakan
yangberkaitan dengan kebakaran hutan.
Cara
mencegah Pemanasan Global
1. Tanam
Pohon
Satu pohon berukuran
agak besar dapat menyerap 6 kg CO2 per tahunnya. Dalam seluruh masa hidupnya,
satu batang pohon dapat menyerap 1 ton CO2. United Nations Environment
Programme (UNEP) melaporkan bahwa pembabatan hutan menyumbang 20% emisi gas
rumah kaca. Seperti kita ketahui, pohon menyerap karbon yang ada dalam
atmosfer. Bila mereka ditebang atau dibakar, karbon yang pernah mereka serap
sebagian besar justru akan dilepaskan kembali ke atmosfer. Maka, pikir seribu
kali sebelum menebang pohon di sekitar Anda. Pembabatan hutan juga berkaitan
dengan peternakan. Tahukah Anda area hutan hujan seukuran 1 lapangan sepak bola
setiap menitnya ditebang untuk lahan merumput ternak? Bila Anda berubah menjadi
seorang vegetarian, Anda dapat menyelamatkan 1 ha pohon per tahunnya.
2. Bepergian
yang Ramah Lingkungan
Cobalah untuk berjalan
kaki, menggunakan telekonferensi untuk rapat, atau pergi bersama-sama dalam
satu mobil. Bila memungkinkan, gunakan kendaraan yang menggunakan bahan bakar
alternatif. Setiap 1 liter bahan bakar fosil yang dibakar dalam mesin mobil
menyumbang 2,5 kg CO2. Bila jaraknya dekat dan tidak terburu waktu, anda bisa
memilih kereta api daripada pesawat. Menurut IPCC, bepergian dengan pesawat
menyumbang 3-5% gas rumah kaca.
3. Kurangi
Belanja
Industri menyumbang 20%
gas emisi rumah kaca dunia dan kebanyakan berasal dari penggunaan bahan bakar
fosil. Jenis industri yang membutuhkan banyak bahan bakar fosil sebagai
contohnya besi, baja, bahan-bahan kimia, pupuk, semen, gelas, keramik, dan
kertas. Oleh karena itu, jangan cepat membuang barang, lalu membeli yang baru.
Setiap proses produksi barang menyumbang CO2.
4. Beli
Makanan Organik
Tanah organik menangkap
dan menyimpan CO2 lebih besar dari pertanian konvensional. The Soil Association
menambahkan bahwa produksi secara organik dapat mengurangi 26% CO2 yang
disumbang oleh pertanian.
5. Gunakan
Lampu Hemat Energi
Bila Anda mengganti 1
lampu di rumah Anda dengan lampu hemat energi, Anda dapat menghemat 400 kg CO2
dan lampu hemat energi 10 kali lebih tahan lama daripada lampu pijar biasa.
6. Gunakan
Kipas Angin
AC yang menggunakan
daya 1.000 Watt menyumbang 650 gr CO2 per jamnya. Karena itu, mungkin Anda bisa
mencoba menggunakan kipas angin.
7. Jemur
Pakaian Anda di bawah Sinar Matahari
Bila Anda menggunakan
alat pengering, Anda mengeluarkan 3 kg CO2. Menjemur pakaian secara alami jauh
lebih baik: pakaian Anda lebih awet dan energi yang dipakai tidak menyebabkan
polusi udara.
8. Daur
Ulang Sampah Organik
Tempat Pembuangan
Sampah (TPA) menyumbang 3% emisi gas rumah kaca melalui metana yang dilepaskan
saat proses pembusukan sampah. Dengan membuat pupuk kompos dari sampah organik
(misal dari sisa makanan, kertas, daun-daunan) untuk kebun Anda, Anda bisa
membantu mengurangi masalah ini!
9. Pisahkan
Sampah Kertas, Plastik, dan Kaleng agar Dapat Didaur Ulang
Mendaur ulang aluminium dapat
menghemat 90% energi yang dibutuhkan untuk memproduksi kaleng aluminium yang
baru – menghemat 9 kg CO2 per kilogram aluminium! Untuk 1 kg plastik yang
didaur ulang, Anda menghemat 1,5 kg CO2, untuk 1 kg kertas yang didaur ulang,
Anda menghemat 900 kg CO2.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1
Kesimpulan
Pemanasan global telah menjadi permasalahan yang
menjadi sorotan utama umat manusia. Fenomena ini bukan lain diakibatkan oleh
perbuatan manusia sendiri dan dampaknya diderita oleh manusia itu juga. Untuk
mengatasi pemanasan global diperlukan usaha yang sangat keras karena hampir
mustahil untuk diselesaikan saat ini. Pemanasan global memang sulit diatasi,
namun kita bisa mengurangi efeknya.Penangguangan hal ini adalah kesadaran kita
terhadap kehidupan bumi di masa depan. Apabila kita telah menanamkan kecintaan
terhadap bumi ini maka pmanasan global hanyalah sejarah kelam yang pernah
menimpa bumi ini.
3.2
Saran
Kehidupan ini berawal dari kehidupan di bumi jauh
sebelum makhluk hidup ada. Maka dari itu untuk menjaga dan melestarikan bumi
ini harus beberapa dekade kah kita memikirkannya. Sampai pada satu sisi dimana
bumi ini telah tua dan memohon agar kita menjaga serta melstarikannya. Marilah
kita bergotong royang untuk menyelematkan bumi yang telah memberikan kita
kehidupan yang sempurna ini. Stop global warming.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA